Judul: Aku Mencintaimu Cukup untuk Membiarkanmu Bahagia Tanpa Aku
Sunyi menyelimuti penthouse mewah itu. Di balik jendela kaca yang membentang dari lantai ke langit-langit, gemerlap lampu kota Shanghai berkelip seperti bintang-bintang yang jatuh. Di tengah kesunyian itu, berdirilah Anya. Gaun sutra merah marun memeluk tubuhnya, kontras tajam dengan wajahnya yang pucat. Senyumnya tipis, nyaris tak terlihat, menipu siapapun yang melihatnya sekilas. Senyum yang menipu… karena di balik itu, hatinya remuk redam.
Lima tahun. Lima tahun ia membangun segalanya bersama Liam. Mimpi, harapan, dan cinta yang ia pikir abadi. Lalu, datanglah dia – Isabella, seorang balerina anggun dengan tatapan polos yang ternyata menyimpan racun.
Anya mengingat malam itu, malam di mana Liam mengakui semuanya. "Anya, aku… aku mencintai Isabella." Suaranya lirih, nyaris tak terdengar di tengah gemuruh badai di dalam dirinya. Kata-kata itu menghantamnya seperti belati yang dihunus perlahan. Janji yang berubah jadi belati… bagaimana bisa ia melupakan malam itu?
Anya tidak menangis. Tidak berteriak. Ia hanya mengangguk, elegan dan tenang. Ia tahu, marah dan meratap hanya akan membuatnya terlihat lemah. Dan Anya bukanlah wanita lemah. Ia adalah pewaris tunggal keluarga Zhang, pemilik kerajaan bisnis yang membentang dari Shanghai hingga New York. Ia memiliki kekuatan, hanya saja, ia memilih untuk tidak menggunakannya. Dulu.
"Aku mengerti, Liam," ucapnya, suaranya setenang air danau di pagi hari. "Jika Isabella membuatmu bahagia, maka pergilah."
Liam tampak terkejut, lalu lega. Ia memeluk Anya, erat, seolah ingin memohon maaf atas segala kekacauan yang telah ia buat. Pelukan yang beracun… Anya merasakan geliat jijik di dalam hatinya. Ia membalas pelukan itu, merasakan aroma parfum Liam yang selalu ia sukai, aroma yang kini terasa asing dan menjijikkan.
Anya menyaksikan pernikahan Liam dan Isabella dari kejauhan. Ia tidak hadir, tentu saja. Ia mengirimkan karangan bunga mawar putih raksasa, dengan kartu yang bertuliskan, "Semoga bahagia. Aku mencintaimu cukup untuk membiarkanmu bahagia tanpa aku." Kata-kata yang menusuk, bukan untuk mereka, tapi untuk dirinya sendiri.
Dua tahun berlalu. Anya fokus pada bisnis keluarganya, melipatgandakan keuntungan, memperluas jaringan. Ia menjadi wanita yang lebih kuat, lebih mandiri, dan lebih berbahaya. Ia mendengar kabar tentang Liam dan Isabella. Mereka bahagia, memiliki seorang anak perempuan yang cantik. Atau, setidaknya, itulah yang terlihat dari luar.
Suatu malam, Anya menerima telepon dari Liam. Suaranya terdengar putus asa. Perusahaan Liam bangkrut. Isabella meninggalkannya, membawa serta semua uang dan anak mereka. Liam memohon bantuan Anya.
Anya tersenyum, senyum yang kali ini tulus. Ia setuju untuk membantu Liam. Ia melunasi semua hutangnya, menyelamatkan perusahaannya, dan bahkan memberinya pekerjaan yang layak di salah satu anak perusahaannya. Liam berhutang segalanya padanya.
Liam datang menemuinya, matanya berkaca-kaca. "Anya, aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu."
Anya menatapnya, dingin dan tanpa emosi. "Tidak perlu, Liam. Aku tidak melakukan ini untukmu. Aku melakukan ini untuk diriku sendiri."
Kemudian, Anya melanjutkan, suaranya rendah dan menusuk, "Aku hanya ingin kau tahu, bahwa penyesalanmu… adalah kebahagiaanku."
Ia membiarkan Liam berdiri di sana, membeku dalam penyesalan yang tak berkesudahan. Ia tidak ingin membalas dendam dengan darah. Ia ingin Liam merasakan sakit yang sama seperti yang ia rasakan dulu. Sakit karena kehilangan, sakit karena pengkhianatan, sakit karena cinta yang berubah menjadi abu.
Anya berbalik, meninggalkan Liam yang terpaku di tempatnya. Ia tahu, ia telah memenangkan permainannya. Namun, kemenangan ini terasa pahit. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia tidak pernah bisa benar-benar melupakan Liam. Ia tidak pernah bisa benar-benar melupakan cinta yang pernah mereka bagi.
Anya menatap ke arah lampu kota yang berkilauan. Ia menghela napas panjang. Cinta dan dendam lahir dari tempat yang sama… dan terkadang, keduanya sulit dibedakan.
Apakah ini akhir dari kisah Anya? Atau awal dari kisah yang baru? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
You Might Also Like: Dracin Terbaru Air Mata Yang Menjadi
0 Comments: