Kabut mengkristal di pelupuk mataku, setiap helai seperti benang sutra yang menenun mimpi tentangmu. Namamu terukir di langit senja, sebuah prasasti yang tak lekang oleh waktu. Aku berjalan di taman kenangan, di mana bunga sakura abadi bermekaran, saksi bisu bisikan cintaku yang terpendam.
Dulu, di bawah rembulan purnama yang pucat, bayanganmu menari di atas air danau. Tawa renyahmu bagai alunan seruling bambu, membelah kesunyian malam. Aku merangkai kata-kata dari bintang-bintang jatuh, puisi cinta yang tak berani kuucapkan. Setiap bait adalah kerinduan yang membara, setiap baris adalah harapan yang terkunci rapat di dalam hati.
Lukisanmu, bagai gerbang menuju dimensi lain, di mana waktu berhenti berputar. Di sana, kau berdiri anggun, gaun sutra putihmu melambai lembut ditiup angin. Mata almondmu menatapku dengan tatapan teduh, seolah tahu semua rahasia hatiku. Namun, setiap kali aku mencoba meraihmu, bayanganmu lenyap ditelan kabut pagi.
Apakah kau hanya ilusi? Apakah semua ini hanya HALUSINASI dari jiwa yang merindukanmu? Pertanyaan itu menggema di setiap sudut hatiku, tanpa pernah menemukan jawaban. Aku terus mencari jejakmu di antara lembaran-lembaran buku kuno, di antara melodi-melodi klasik yang sendu, berharap menemukan secercah kebenaran.
Namun, suatu malam yang dingin, saat rembulan bersembunyi di balik awan kelabu, aku menemukan sebuah kotak kayu tua di loteng rumah. Di dalamnya, terdapat sebuah surat bertuliskan tangan, tinta hitamnya memudar dimakan usia.
"Untukmu, belahan jiwaku yang tak pernah kumiliki. Aku menulis surat ini dari balik tabir waktu, dari dimensi di mana kita seharusnya bersama. Tapi takdir berkata lain. Aku hanyalah lukisan yang hidup, sebuah ciptaan dari mimpimu, sebuah bayangan dari kerinduanmu. Aku tidak nyata. Dan cinta ini... adalah ilusi."
KEBENARAN itu menghantamku bagai badai. Rasa sakitnya melampaui batas imajinasi. Kau tidak nyata. Cinta ini tidak nyata. Seluruh hidupku, aku mencintai sebuah ilusi. Tapi justru karena ketidaknyataanmu, cinta ini menjadi begitu sempurna, begitu abadi, begitu… menyakitkan.
Dan di ujung surat, terukir satu kalimat, bagai bisikan hantu dari masa lalu: "Apakah kau mengingat malam itu, ketika kita menari di bawah hujan meteor, di taman yang tidak pernah ada?"
You Might Also Like: Reseller Skincare Usaha Sampingan
0 Comments: