Takhta yang Tertulis di Bintang Malam itu, salju turun seperti beludru putih yang menutupi dosa-dosa istana. Istana Yin , tempat perebutan...

Dracin Populer: Takhta Yang Tertulis Di Bintang Dracin Populer: Takhta Yang Tertulis Di Bintang

Dracin Populer: Takhta Yang Tertulis Di Bintang

Dracin Populer: Takhta Yang Tertulis Di Bintang

Takhta yang Tertulis di Bintang

Malam itu, salju turun seperti beludru putih yang menutupi dosa-dosa istana. Istana Yin, tempat perebutan takhta berdarah telah menjadi makanan sehari-hari. Di sanalah, di tengah kepulan dupa cendana yang menyengat, Li Wei, sang putra mahkota yang dingin, berdiri. Matanya setajam pedang, menatap Nan Xing, putri dari jenderal pengkhianat, yang berlutut di hadapannya.

Mereka terikat. Terikat oleh cinta yang tumbuh di tengah pengkhianatan dan kebencian yang membara. Dulu, di bawah pohon persik yang mekar, mereka bersumpah setia. Kini, janji itu bagaikan abu yang beterbangan ditiup angin malam.

"Pengkhianatan mengalir dalam darahmu, Nan Xing," desis Li Wei, suaranya serendah raungan serigala di kejauhan.

Nan Xing mendongak. Air matanya membeku di pipi, membentuk jalur perak di antara noda darah yang mengering. "Ayahku melakukan kesalahan, aku tidak!" Suaranya bergetar, namun menyimpan bara api yang tersembunyi.

Li Wei berjongkok, mencengkeram dagu Nan Xing dengan kasar. "Kebohongan! Semua wanita Klan Nan adalah ular berbisa!"

Rahasia lama mulai terkuak, lapis demi lapis. Pengkhianatan ayah Nan Xing, ternyata hanyalah bidak dalam permainan yang lebih besar. Sebuah konspirasi yang melibatkan keluarga kerajaan, para kasim yang berbisik di lorong-lorong gelap, dan naga-naga tua yang menyimpan dendam dari masa lalu. Li Wei dan Nan Xing, keduanya hanyalah pion dalam permainan gila ini.

Di suatu malam yang dingin, Li Wei menemukan kebenaran. Surat wasiat kaisar sebelumnya, yang disembunyikan oleh kasim kepala, mengungkap bahwa Nan Xing sebenarnya adalah keturunan sah takhta. Bukan hanya itu, kematian ayah Nan Xing ternyata diatur oleh kaisar yang sekarang, ayah Li Wei sendiri, untuk melenyapkan ancaman potensial.

Darah Li Wei mendidih. Cinta dan kebencian bergejolak dalam dirinya, menciptakan badai yang mengerikan. Ia menemui Nan Xing di taman terlarang, di bawah rembulan sabit yang pucat.

"Aku tahu," kata Nan Xing, suaranya datar. "Aku tahu semuanya."

Li Wei menatapnya, terpaku. "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"

Senyum tipis menghiasi bibir Nan Xing. Senyum mematikan. "Balas dendam. Balas dendam untuk ayahku, untuk keluargaku, untuk cintaku yang telah kau hancurkan."

Malam itu, Li Wei memberikan takhta kepada Nan Xing. Ia sendiri, mengundurkan diri ke biara terpencil di puncak gunung bersalju. Di sana, di tengah kesunyian dan dingin yang menusuk tulang, ia menunggu. Menunggu saat yang tepat.

Bertahun-tahun kemudian, Nan Xing, sang kaisar wanita yang dingin dan kejam, memimpin kerajaannya dengan tangan besi. Kekuatannya tak tertandingi. Namun, ada satu hal yang tidak ia ketahui.

Li Wei telah kembali. Ia bukan lagi putra mahkota yang rapuh. Ia telah menjadi bayangan, hantu, mesin pembunuh yang sempurna. Ia menyusup ke istana, bergerak tak terlihat di antara para abdi dalem.

Pada malam perayaan ulang tahun Nan Xing, Li Wei muncul. Bukan untuk meminta ampun, bukan untuk merayu, melainkan untuk memberikan hadiah. Sebuah cangkir berisi racun yang lambat dan tidak terdeteksi.

"Ini," bisik Li Wei, suaranya sedingin es. "Adalah balasan dari hati yang terlalu lama menunggu."

Nan Xing meneguk racun itu tanpa ragu. Ia menatap Li Wei dengan mata berkaca-kaca. "Kau... mencintaiku?"

Li Wei tidak menjawab. Ia hanya berbalik dan menghilang ke dalam kegelapan. Nan Xing jatuh, tubuhnya gemetar, napasnya tersengal. Di saat-saat terakhirnya, ia melihat bintang-bintang berkelap-kelip di langit malam. Takhta yang tertulis di bintang, kini menjadi nisan baginya.

Di pagi hari, ketika matahari terbit dan menyinari istana yang berlumuran darah, hanya ada satu suara yang berbisik di antara para pelayan yang ketakutan:

"Dia akan kembali, untuk membalas apa yang menjadi haknya."

You Might Also Like: Skincare Lokal Untuk Kulit Tropis

0 Comments: